Konsensus Nasional Imunisasi untuk Usia Lanjut
Dibuat oleh Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia pada tahun 2005
Program imunisasi anak sudah sering digaungkan dalam masyarakat kita. Berbagai macam iklan dan informasi disebarluaskan pemerintah dan instansi kesehatan berwenang demi mensukseskan program tersebut. Imunisasi merupakan cara terbaik untuk melindungi anak dari berbagai macam penyakit.
Namun pernahkah Anda mendengar imunisasi yang diperuntukkan bagi usia lanjut? Mungkin banyak yang belum pernah mendengar hal tersebut.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia akan terus meningkat dan mencapai percepatan tertinggi di dunia (414%) dalam waktu 35 tahun (1990-2025). Sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut akan mencapai 25,5 juta jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut ini akan diikuti meningkatnya jumlah pasien geriatri yang harus mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pada hakikatnya, geriatri adalah warga usia lanjut yang memiliki karakteristik tertentu sehingga harus dibedakan dari mereka yang sekadar berusia lanjut namun sehat. Karakteristik pertama pasien geriatri adalah multipatologi, yaitu pada satu pasien terdapat lebih dari satu penyakit yang umumnya bersifat kronik degeneratif. Kedua adalah menurunnya daya cadangan fungsional, menyebabkan pasien geriatri amat mudah jatuh dalam kondisi gagal pulih. Ketiga, yaitu berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik. Keempat adalah terganggunya status fungsional pasien geriatri; status fungsional adalah kemampuan seseorang melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Kelima adalah kerapnya terdapat gangguan nutrisi, gizi kurang atau gizi buruk.
Kelompok usia lanjut sangat rentan terhadap berbagai kondisi akut akibat gangguan kesehatan; di antaranya adalah infeksi saluran pernafasan yang merupakan penyebab kematian tertinggi dan penyebab penurunan kualitas hidup yang paling bermakna.
Peningkatan kerentanan usia lanjut terhadap infeksi disebabkan antara lain oleh penurunan fungsi kekebalan tubuh yang mengakibatkan respon pertahanan tubuh terhadap infeksi menjadi rendah. Dampaknya meliputi masa rawat yang lebih panjang, biaya rawat yang lebih besar serta komplikasi berat yang sering muncul.
Infeksi saluran nafas atas dan influenza sering berlanjut menjadi pneumonia pada pasien berusia lanjut. Faktor penting lain adalah gejala dan tanda pneumonia pada pasien geriatri sering tidak khas sehingga acap kali terjadi keterlambatan diagnosis. Influenza dan pneumonia pada pasien geriatri juga sering menimbulkan penurunan kualitas hidup. Faktor penting yang berperan terhadap munculnya penyulit dan tingginya angka kematian adalah meningkatnya resistensi mikroba terhadap antibiotik.
Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia telah membuat Konsensus Nasional Imunisasi untuk Usia Lanjut pada tahun 2005. Ada dua macam imunisasi yang disarankan bagi usia lanjut. Kedua imunisasi tersebut influenza dan pneumonia.
1. Vaksinasi Influenza
Vaksinasi ini ditujukan pada kelompok risiko tinggi seperti usia lanjut yang berusia ≥60 tahun, baik pada komunitas di panti werdha maupun penderita penyakit kronik.
Beberapa manfaatnya meliputi manfaat medis dan ekonomis. Manfaat medis dapat dilihat dari menurunnya kejadian penyulit influenza (pneumonia), menurunnya kejadian rawat inap karena infeksi saluran napas dan penyakit lain terkait infeksi saluran napas, serta menurunnya angka kematian usia lanjut yang masuk rumah sakit akibat penyakit yang terkait dengan infeksi saluran napas. Manfaat ekonomis dapat ditinjau dari penghematan biaya yang dikeluarkan untuk rawat jalan maupun rawat inap. (Djauzi, 2004)
Sedangkan risiko yang mungkin terjadi terdiri dari efek samping lokal pada <30% meliputi nyeri setempat yang akan hilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan. Efek samping sistemik yang mungkin muncul adalah demam, malaise/lemah, sakit kepala, mialgia/nyeri otot, artralgia/nyeri sendi yang bisa timbul dalam 6-12 jam pasca vaksinasi dan akan menghilang dalam 1-2 hari. Namun, sebaiknya vaksinasi tidak diberikan pada mereka yang alergi telur, karena dapat terjadi reaksi hipersensitivitas.
2. Vaksinasi Pneumonia
WHO telah menetapkan bahwa vaksinasi pneumonia pada usia lanjut cukup efektif terutama untuk melindungi usia lanjut sehat terhadap penyakit invasif (pneumonia yang berpenyulit meningitis, septikemia dan pneumococcal pneumonia); vaksinasi ini juga diutamakan pada kelompok usia lanjut sehat yang tinggal di panti werdha.
Vaksinasi dapat diberikan pada usia lanjut (≥60 tahun), sehat, terutama yang tinggal di panti werdha. Sedangkan yang memerlukan vaksinasi ulangan hanyalah mereka yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (diabetes, gagal ginjal kronik, penyakit hati kronik); usia lanjut dengan komorbiditas atau mereka yang saat divaksinasi pertama kali berusia kurang dari 60 tahun.
Efek samping vaksinasi pneumonia terdiri dari lokal (sekitar 20%-30%) dan sistemik (<1%). Berdasarkan hasil pengamatan efek samping imunisasi pada usia lanjut sehat: imunisasi ganda memang lebih besar kemungkinannya menimbulkan efek samping lokal ringan dan demam yang tidak tinggi; namun kedua efek samping tersebut ringan dan hilang tanpa pengobatan. Vaksinasi pneumonia tidak boleh diberikan pada seseorang yang alergi terhadap komponen vaksin.